Serbuan "Mona" Gairahkan Pasar Sepada Motor
28 Februari 2001 - Maraknya sepeda motor produksi Cina (mona) di
pasar Indonesia ternyata tidak mengurangi angka penjualan sepeda
motor buatan Jepang. Meski pangsa pasarnya berkurang, namun secara
absolut penjualan sepeda motor dari negeri Sakura terus meningkat.
Pangsa
Pasar Sepeda Motor |
Honda |
43,2 persen |
Motor Cina |
20,0 persen |
Yamaha |
17,0 persen |
Suzuki |
14,5 persen |
Kawasaki |
2,6 persen |
Vespa |
0,5 persen |
Lain-lain |
2,2 persen |
Total |
100 persen |
"Di satu sisi, kehadiran sepeda motor buatan Cina itu
menjadi ancaman kami, tapi di sisi lain juga mendorong peningkatan
pasar sepeda motor,'' ungkap Robbyanto Budiman, direktur pelaksana
Grup Wahana Artha, distributor utama sepeda motor Honda wilayah
Jakarta dan Tangerang.
Robbyanto menjelaskan, seiring dengan masuknya sepeda motor
buatan Cina di pasar Indonesia pada paruh kedua tahun 2000,
penjualan sepeda motor secara nasional meningkat tajama. Bila tahun
sebelumnya hanya 600 ribuan unit, pada tahun 2000 mencapai 864 ribu.
Angka penjualan ini masih akan meningkat lagi di tahun 2001.
''Kami memprediksi penjualan tahun ini akan mencapai 1,3 juta
unit sepeda motor secara nasional,'' katanya. Kendati begitu, jumlah
tersebut belum menyamai penjualan sebelum krisis moneter, tahun
1997, yang mencapai 1,8 juta unit.
Diakuinya, serbuan Mona, seperti Jialing, Jincheng, Qingqi,
Millenium, dan lainnya tersebut menggeser market share produk
Jepang. Bila sebelumnya sepeda motor buatan Jepang, yakni Honda,
Suzuki, Yamaha, dan Kawasaki menguasai sekitar 90 persen pasar
motor, kini tergeser menjadi sektiar 75 persen. ''Sekitar 20 sampai
25 persennya dikuasai motor buatan Cina,'' kata Robbyanto.
Ia juga mengakui bahwa mona berhasil menggaet pasar dengan cepat.
Dalam kurun waktu sekitar enam bulan, mereka sudah menguasai
seperempat pasar nasional atau sekitar 190 ribu unit. Ini antara
lain karena harga motor buatan Cina itu harganya lebih murah, yakni
dijual antara Rp 7 juta sampai 8 juta per unit. Sedangkan motor
Jepang paling murah Rp 12 juta per unit.
Mungkinkah mereka melakukan dumping? Robbyanto mengaku sulit
membuktikan tuduhan itu. Yang pasti, katanya, harga impor Mona itu
hanya sekitar 300 dolar AS sampai 400 dolar AS. Di Cina, sebutnya,
harga sepeda motor bisa murah karena itu diproduksi oleh industri
massal yang melibatkan banyak pemasok dari kalangan industri rumah
tangga. Lantaran itu pula, produsennya membebaskan para penjual
memakai merek apa saja. Namun, ia meyakini kualitasnya berbeda
dengan produk-produk Jepang.
Meski pangsa pasar Mona meningkat, Robbyanto yakin sepeda motor
produk Jepang tidak akan tergeser. Alasannya, sepeda motor buatan
Cina itu telah membentuk segmen pasar sendiri, yakni kalangan
menengah ke bawah. Sedangkan motor Jepang lebih pada level menengah
ke atas.
Sementara itu konsultan otomotif asal Jerman Ottmar Schobinger
berpendapat sepeda motor Jepang di Indonesia harus meningkatkan mutu
sekaligus menurunkan harga. "Kalau itu tidak dilakukan, mereka
akan kesulitan bersaing dengan Mona pada masa-masa mendatang,''
tegasnya.n
Sumber: Republika |